Serba hitam ketika melayat pastinya bakal menjadi outfit yang akan kita kenakan dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Pemandangan demikian juga lazimnya kita temukan manakala menyaksikan acara drama sinetron di stasiun televisi kesayangan seperti Indosiar, SCTV, RCTI, dan sebagainya.
Dalam sebuah adegan, kita melihat begitu banyak orang menunduk terdiam menandakan bahwa dirinya sedang larut dalam suasana berduka. Ketika acara pelayatan sedang berlangsung, memasuki sesi pemakaman maka mulailah setiap orang menaburkan bunga sambil berpakaian serba hitam.
Menariknya, para penjahat maupun peran antagonis lainnya di film Hollywood seringkali juga mengenakan atribut berwarna penuh aksen kehitaman. Hal ini ada fungsi psikologisnya sama seperti banyaknya sajian makanan serba hitam, yaitu sebagai alat intimidasi terhadap lawan agar ia menjadi ketakutan sehingga tidak berani melawan alias ragu – ragu.
Hitam juga melambangkan munculnya perasaan gagah luar biasa, serta mengesankan bahwa si pemakainya berani mendobrak adat istiadat dalam sebuah masyarakat. Perwujudan tersebut dapat kita saksikan terlihat seringkali anggota band beraliran rock menggunakannya ketika hendak beraksi di atas sebuah panggung.
Lantas, dari mana asalnya sampai baju hitam menjadi sebuah tradisi tidak tertulis bahwa kita wajib mengenakannya ketika menghadiri pemakaman? Bahkan penulis sendiri akan ditegur orang tua apabila nekat ingin menggunakan pakaian berwarna cerah lain seperti merah, kuning, atau hijau.
Serba Hitam Ketika Melayat Sudah Menjadi Tradisi Masyarakat
Mengingat budaya sebagai penduduk Indonesia yang mayoritasnya umat muslim pastilah bangga memakai baju koko saat bepergian ke mana – mana. Seragam koko tidak lagi hanya menjadi atribut keagamaan dan dipakai saat hendak beribadah ke masjid terdekat di rumah tempat tinggal anda.
Pakaian koko juga lekat hubungannya dengan tanda kesucian karena biasanya berwarna putih yang memiliki nilai kesucian serta kebersihan pada umumnya. Maka dari itu, orang Indonesia bukan hanya mengenakan pakaian serba hitam ketika melayat, melainkan juga suka berseragam koko serba putih.
Namun banyak dari kita yang belum mengetahui bahwasanya budaya berbaju lengkap warna hitam ternyata bukan asli milik warga negara Indonesia. Simbol seseorang sedang berkabung tersebut biasanya dijalani oleh penduduk Amerika latin, menunjukkan bahwa ia berempati serta turut beduka cita.
Ketika para penjajah mulai melakukan invasi ke Indonesia, budaya asing tersebut ikut terbawa dan berasimilasi dengan kebudayaan setempat bangsa pribumi. Setelah terserap dengan sempurna, lama – kelamaan ia melebur dan teradopsi oleh tradisi pada masyarakat lokal kita lalu tersebar ke seluruh negeri.
Jadi sebetulnya sama sekali bukan masalah apabila kita memakai pakaian selain warna hitam manakala ingin berkunjung ke acara pemakaman. Warga kelas bawah saat itu sama sekali tidak memahami esensi budaya Amerika latin, melainkan hanya sekedar meniru karena dirasa cocok.
Mengadopsi Budaya Amerika Latin Ketika Menghadiri Acara Pemakaman
Akar kata tradisi itu sendiri dalam bahasa latin namanya ‘traditio’ yang memiliki makna diteruskan, pertanyaannya, siapakah pelaku yang meneruskannya? Sudah jelas orang pertama yang memakai pakaian serba hitam ketika melayat adalah nenek moyang kita, dan menularkannya kepada anak cucu.
Ketika kebiasaan itu dijalankan secara rutin dan konsisten, maka akhirnya naiklah taraf kondisi tersebut menjadi sebuah karakter baru dalam bermasyarakat. Meskipun tidak tercatat dalam Undang Undang Republik Indonesia, bahkan tidak ada prasasti mengenainya, karakter itu terwariskan sempurna secara turun temurun.
Keturunan selanjutnya mungkin belum sempat mengetahui alasan khusus dalam penggunaan baju hitam manakala ingin berpartisipasi pada acara berkabung. Namun satu hal yang menempel pada ingatannya, yaitu ia diminta oleh nenek moyang untuk menuruti perintah beliau, serta mengamalkannya.
Sejatinya kita tidak perlu memusingkan bagaimana harus berpakaian tatkala hendak pergi menghadiri proses berkabung dari keluarga yang meninggal dunia. Daripada ribet dan salah fokus meributkan warna pakaian, apa yang menjadi hal paling penting adalah ketulusan diri sendiri.
Panjatkanlah doa sebaik – baiknya terhadap mendiang semoga diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, serta menguatkan sanak saudaranya. Apabila tidak ada warna hitam, gunakanlah pakaian berwarna apa saja selama itu sopan dan rapi serta sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.